
Ketika
St. Maximus - uskup Yerusalem - wafat, Sirilus dipilih untuk
menggantikan kedudukannya. Sirilus kemudian menjadi uskup Yerusalem
selama tigapuluh lima tahun. Enambelas tahun dari masa pengabdiannya itu
dilewatkannya dalam pengasingan serta pembuangan. Tiga kali ia diusir
dari kota oleh orang-orang berpengaruh yang tidak menghendaki
kehadirannya. Mereka berusaha memaksa Sirilus untuk menerima
ajaran-ajaran sesat tentang Yesus dan Gereja. Tetapi Sirilus pantang
menyerah.
Masa
pemerintahan Kaisar Yulianus - seorang kaisar yang ingkar terhadap
agama - dimulai pada tahun 361. Yulianus bermaksud hendak membangun
kembali Bait Allah di Yerusalem yang terkenal itu. Ia punya suatu tujuan
pasti: hendak membuktikan bahwa Yesus salah ketika Ia menyatakan bahwa
Bait Allah di Yerusalem tidak akan dibangun kembali. Ia bertekad untuk
membuktikannya. Maka ia menghabiskan banyak sekali uang serta
mengirimkan segala macam bahan bagi pembangunan Bait Allah yang baru.
Banyak orang mendukungnya dengan menyerahkan barang-barang perhiasan
serta emas dan perak. Namun demikian, St. Sirilus menghadapi situasi
yang sulit tersebut dengan tenang. Ia yakin bahwa Bait Allah tidak akan
dapat dibangun kembali oleh sebab Yesus, yang adalah Allah, telah
mengatakannya. Bapa uskup melihat seluruh bahan-bahan bangunan tersebut
dan berkata, “Aku tahu bahwa usaha ini pasti akan gagal.” Dan memanglah
demikian, pertama-tama badai, kemudian gempa bumi, dan yang terakhir
kebakaran, yang akhirnya menghentikan usaha kaisar. Pada akhirnya kaisar
membiarkan pekerjaan tersebut terbengkalai.
St.
Sirilus wafat pada tahun 386 ketika usianya sekitar tujuhpuluh tahun.
Uskup yang lemah lembut serta baik hati ini harus mengalami masa-masa
penuh pergolakan serta penderitaan selama hidupnya. Tetapi, ia tidak
pernah kehilangan semangat oleh karena semua itu demi Yesus. Ia
senantiasa setia kepada Kristus sepanjang hidupnya. Sirilus seorang yang
gagah berani dalam mengajarkan kebenaran tentang Yesus dan Gereja-Nya.
“Seorang Kristen membawa Kristus dalam dirinya.”