St.
Ludger dilahirkan di Eropa utara pada abad kedelapan. Setelah belajar
dengan tekun selama beberapa tahun, ia ditahbiskan sebagai imam. Ludger
melakukan perjalanan hingga jauh untuk mewartakan Kabar Gembira. Ia amat
gembira dapat membagikan apa yang telah ia ketahui tentang Tuhan kepada
siapa saja yang mendengarkannya. Orang-orang kafir bertobat dan umat
Kristiani memulai cara hidup yang jauh lebih baik. St. Ludger mendirikan
banyak gereja serta biara.
Kemudian
sekonyong-konyong bangsa barbar yang disebut Saxon menyerang negerinya
serta menghalau semua imam. Tampaknya segala kerja keras St. Ludger akan
menjadi sia-sia. Tetapi, ia pantang menyerah. Pertama-tama St. Ludger
mencari tempat yang aman bagi para muridnya. Kemudian ia pergi ke Roma
untuk memohon petunjuk dari Bapa Suci mengenai apa yang harus ia
lakukan.
Selama
lebih dari tiga tahun Ludger tinggal di sebuah biara Benediktin sebagai
seorang rahib yang baik serta kudus. Namun demikian, ia tidak melupakan
para murid di negerinya. Begitu ia dapat kembali ke tanah airnya,
Ludger segera pulang serta melanjutkan karyanya. Ia bekerja tanpa kenal
lelah dan mempertobatkan banyak orang Saxon.
Setelah
ditahbiskan menjadi uskup, terlebih lagi Ludger memberikan teladan bagi
umatnya dengan kelemah-lembutan serta belas kasihannya. Suatu kali,
orang-orang yang iri hati kepadanya menyampaikan hal-hal yang buruk
mengenai Ludger kepada Raja Charlemagne. Raja memerintahkan kepada
Ludger untuk datang ke istana guna membela diri. Dengan taat Ludger
datang ke istana. Keesokan harinya, ketika raja memanggilnya, Ludger
mengatakan bahwa ia akan datang segera setelah ia menyelesaikan
doa-doanya. Pada mulanya Raja Charlemagne amat marah. Tetapi, St. Ludger
menjelaskan kepadanya bahwa meskipun ia mempunyai rasa hormat yang
besar kepada raja, ia tahu bahwa Tuhan harus dinomor-satukan. “Baginda
tidak akan marah kepada saya,” katanya, “sebab Baginda sendiri yang
mengatakan kepada saya untuk selalu menomor-satukan Tuhan.” Mendengar
jawaban yang bijaksana itu, raja menjadi sadar bahwa Ludger adalah
seorang yang amat kudus. Sejak saat itu, Charlemagne mengagumi serta
amat mengasihinya. St. Ludger wafat pada Hari Minggu Sengsara pada tahun
809. Ia melaksanakan segala tugas dan kewajibannya untuk melayani
Tuhan, bahkan pada hari wafatnya.
Dalam
doa-doamu, ingatlah akan umat Kristiani yang hidup dalam ketakutan oleh
karena penganiayaan - dan juga bagi para pemimpin religius serta para
pemimpin negeri mereka.