St.
Yohanes dari Mesir adalah seorang yang merindukan untuk hidup sendiri
bersama Tuhan saja, yang kelak menjadi salah seorang dari para pertapa
terkenal di masanya. St. Yohanes dari Mesir dilahirkan sekitar tahun
304. Tidak banyak yang diketahui tentang masa mudanya, kecuali bahwa ia
belajar ketrampilan seorang tukang kayu. Ketika usianya duapuluh lima
tahun, Yohanes memutuskan untuk meninggalkan segala urusan duniawi dan
mempergunakan seluruh hidupnya untuk berdoa serta bermatiraga demi
Tuhan. Ia kemudian menjadi salah seorang dari para pertapa padang gurun
yang terkenal pada masa itu.
Selama
sepuluh tahun ia menjadi murid seorang pertapa tua yang sudah banyak
makan asam garam kehidupan. Pertapa kudus tersebut mengajarkan kehidupan
rohani kepada Yohanes. St. Yohanes menyebutnya sebagai “bapa
rohani”-nya. Setelah bapa rohaninya wafat, St. Yohanes melewatkan empat
atau lima tahun dalam berbagai biara. Ia ingin lebih mengenal kehidupan
doa serta gaya hidup para rahib. Pada akhirnya, Yohanes menemukan sebuah
gua yang terletak di atas batu karang yang tinggi. Sekelilingnya tenang
serta terlindung dari terik matahari dan angin padang gurun. Ia membagi
guanya menjadi tiga bagian: ruang tamu, ruang kerja dan ruang doa.
Penduduk daerah tersebut membawakan makanan serta segala keperluan lain
untuknya. Banyak juga orang yang datang untuk meminta nasehatnya tentang
hal-hal yang penting. Bahkan Kaisar Theodosius I dua kali meminta
nasehatnya, yaitu pada tahun 388 dan pada tahun 392. Para kudus terkenal
seperti St. Agustinus dan St. Hieronimus
menulis tentang kekudusan St. Yohanes. Begitu banyak orang datang
mengunjunginya, sebagian di antara mereka tinggal untuk menjadi
murid-muridnya. Mereka membangun sebuah pondok. Mereka merawat pondok
tersebut dengan baik agar lebih banyak orang dapat datang serta
memperoleh manfaat dari kebijaksanaan St. Yohanes. St. Yohanes dapat
mengetahui kejadian-kejadian di masa mendatang. Ia dapat membaca
jiwa-jiwa mereka yang datang kepadanya. Ia dapat membaca pikiran mereka.
Jika ia mengoleskan minyak krisma kepada mereka yang menderita suatu
penyakit jasmani, seringkali mereka menjadi sembuh.
Meskipun
Yohanes menjadi seorang yang terkenal, ia tetap rendah hati dan tidak
mau hidup enak-enakan. Tidak pernah ia makan sebelum matahari terbenam.
Jika ia makan, makanannya hanyalah buah-buahan kering serta sayuran. Ia
tidak pernah makan daging atau makanan yang dimasak atau pun makanan
yang hangat. St. Yohanes percaya bahwa hidup matiraganya membantunya
memiliki hubungan yang akrab mesra dengan Tuhan. St. Yohanes wafat dalam
damai pada tahun 394 pada usia sembilanpuluh tahun.
Bagaimana aku dapat menyisipkan saat hening dalam jadwalku yang sibuk?