Fina
dilahirkan di sebuah kota kecil di Italia bernama San Geminiano. Pada
mulanya, orangtuanya termasuk golongan berada, tetapi kemudian mereka
jatuh miskin. Seraphina, atau Fina, begitu ia biasa dipanggil, adalah
puteri mereka. Fina seorang gadis manis yang lincah. Ia seorang yang
murah hati. Setiap hari Fina menyisihkan sebagian makanannya untuk
diberikan kepada seseorang di kotanya yang lebih miskin darinya. Siang
hari ia menjahit serta memintal untuk membantu keluarganya membayar
hutang-hutang mereka. Malam hari, ia biasa mempergunakan waktunya untuk
berdoa lama kepada Yesus dan Maria.
Ketika
masih muda usianya, ayahnya meninggal dunia. Fina terserang suatu
penyakit yang menjadikannya cacat serta lumpuh. Ia hampir tidak dapat
bergerak sama sekali dan karenanya Fina harus tergolek di atas papan
kayu selama enam tahun lamanya. Rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya.
Satu-satunya cara bagi Fina agar ia dapat tabah menghadapi
penderitaannya adalah dengan merenungkan sengsara Yesus sementara Ia
dipaku pada kayu salib. “Aku mempersatukan seluruh penderitaanku dengan
penderitaan-Mu, ya Yesus,” demikian ia berbisik. Kadang kala, ketika
rasa sakit menyerangnya dengan dahsyat, ia akan berkata, “Ini bukanlah
luka-lukaku, tetapi luka-luka-Mu, ya Kristus, yang menyakiti aku.” Fina
ditinggalkan seorang diri berjam-jam lamanya setiap hari karena ibunya
harus pergi untuk bekerja atau untuk meminta-minta. Para tetangga
mengetahui penderitaan Fina, tetapi luka-lukanya mengeluarkan bau amat
busuk sehingga mereka memiliki berbagai macam alasan untuk tidak
menjenguknya.
Tak
disangka, ibunya pun meninggal dunia. Sekarang Fina sebatang kara.
Hanya seorang tetangga, yaitu sahabat baiknya yang bernama Beldia,
datang untuk merawatnya. Beldia berusaha memberikan perhatian kepada
Fina sebanyak yang ia mampu, tetapi pada umumnya Fina ditinggalkan
seorang diri. Sudah jelas nyata bahwa ia tidak akan dapat hidup lebih
lama lagi. Namun demikian, Fina tidak mau patah semangat. Seseorang
menceritakan kepadanya tentang penderitaan hebat yang harus ditanggung
oleh St. Gregorius Agung.
Fina kemudian berdevosi kepadanya. Konon, suatu hari, sementara ia
mengerang kesakitan, St. Gregorius menampakkan diri kepadanya. Dengan
lembut ia berkata kepada Fina, “Puteriku, pada hari pestaku Tuhan akan
memberimu istirahat.” Menurut penanggalan liturgi lama, pesta St.
Gregorius Agung dirayakan pada tanggal 12 Maret karena ia wafat pada
tanggal tersebut pada tahun 604. Jadi, pada tanggal 12 Maret 1253, St.
Gregorius datang untuk membawa Fina pulang ke surga.
Dari
teladan St. Fina kita menjadi tahu akan kekuatan dari semangat hidup
yang ada dalam diri seseorang, yaitu dengan percaya akan janji Tuhan
bagi kita masing-masing.