
Meskipun
Barbara sibuk dengan urusan keluarganya sendiri, tetapi ia selalu
menyempatkan diri untuk memberi makan mereka yang kelaparan. Ia
mengajarkan iman kepada yang lain. Ia menolong mereka yang sakit dan
sekarat. Dengan lemah lembut ia mendorong mereka yang hidup dalam dosa
agar berbalik dari cara hidupnya. Perbuatan-perbuatan baik yang
dilakukannya itu adalah karya belas kasih.
Ketika
suaminya meninggal dunia, Barbara masuk Ordo Karmelit. Di sanalah ia
melewatkan empat tahun sisa hidupnya sebagai seorang biarawati. Ketiga
puterinya menjadi biarawati Karmelit juga. Nama yang dipilih Barbara
sebagai biarawati adalah Suster Maria dari Inkarnasi. Dengan penuh
sukacita ia bekerja di dapur biara di antara periuk dan panci. Ketika
puterinya diangkat menjadi pemimpin biara, Beata Maria dengan rela hati
taat kepadanya. Demikian besar kerendahan hatinya, hingga menjelang
ajalnya ia berkata: “Tuhan mengampuni aku karena teladan buruk yang
kutinggalkan bagimu.” Para biarawati tentu saja terperanjat
mendengarnya, sebab mereka tahu betapa ia telah berusaha keras untuk
hidup kudus. Beata Maria wafat pada tahun 1618 dalam usia lima puluh dua
tahun.
Meskipun
banyak tugas dan tanggung jawabnya, dalam segala hal Beata Maria dari
Inkarnasi senantiasa mengutamakan Tuhan. Bagaimana jika dalam hidupku
aku memberikan prioritas utama kepada Tuhan?