St.
Petrus Chanel dilahirkan dekat Belley, Perancis pada tahun 1803. Sejak
berumur tujuh tahun, ia menggembalakan kawanan domba ayahnya. Meskipun
miskin, ia seorang anak yang cerdas dan saleh. Suatu hari, seorang imam
paroki yang baik hati berjumpa dengannya. Imam begitu terkesan padanya
hingga ia meminta ijin dari orangtuanya agar diperbolehkan menyediakan
pendidikan bagi Petrus. Di sekolahnya, dan kelak di seminari, Petrus
belajar dengan tekun. Ketika telah ditahbiskan sebagai imam, ia
ditugaskan di sebuah paroki di mana hanya ada sedikit umat Katolik yang
masih mengamalkan imannya. Pastor Chanel seorang pendoa. Ia baik hati
serta lemah lembut pada setiap orang. Hanya dalam waktu tiga tahun,
terjadi perubahan besar di paroki. Banyak orang kembali mengasihi Yesus
dan Gereja-Nya dengan segenap hati.St. Petrus sangat ingin menjadi seorang misionaris. Ia bergabung dengan ordo religius Serikat Maria (Misionaris-misionaris Maria). Ia berharap agar diutus untuk mewartakan Injil kepada mereka yang masih belum percaya kepada Tuhan. Beberapa tahun kemudian keinginannya terkabul. Ia dan sekelompok misionaris Maria diutus ke kepulauan Lautan Teduh. Pastor Chanel dan seorang broeder ditugaskan di pulau Futuna. Di sana, penduduk dengan senang hati mendengarkan khotbah Pastor Chanel. “Orang ini mengasihi kita,” demikian kata seorang penduduk. “Dan ia sendiri mengamalkan apa yang ia ajarkan kepada kita.”
Sayang sekali, kepala suku Futuna menjadi iri hati atas keberhasilan sang imam. Ketika puteranya sendiri dibaptis, ia menjadi amat murka. Ia mengirim sepasukan prajurit untuk membunuh sang misionaris. Sementara terbaring sekarat, yang dikatakan imam hanyalah, “Aku baik-baik saja.” St. Petrus Chanel dibunuh pada tanggal 28 April 1841. Tak lama sesudah kemartirannya, seluruh penduduk pulau telah menjadi Kristen. Petrus dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada tahun 1954.
Apakah aku rindu dan berharap dapat mewartakan Injil kepada mereka yang masih belum percaya kepada Tuhan?


