Lidwina
artinya “penderitaan.” Lidwina seorang gadis Belanda. Ia dilahirkan
pada tahun 1380 dan wafat pada tahun 1433. Ketika umurnya lima belas
tahun, Lidwina mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Mungkin saja
ia akan menjadi seorang biarawati kelak. Tetapi, suatu siang, terjadi
peristiwa yang akan mengubah seluruh hidupnya.
Lidwina
pergi bermain sepatu luncur bersama teman-temannya. Salah seorang dari
mereka secara tak sengaja menabraknya. Lidwina terpelanting keras ke
atas es dan tulang rusuknya patah. Ia amat kesakitan. Kecelakaan itu
menimbulkan masalah-masalah lain pula. Hari-hari selanjutnya, Lidwina
mengalami sakit kepala yang amat hebat, mual, demam, rasa sakit di
sekujur tubuhnya dan rasa haus.
Dengan
menangis Lidwina mengatakan kepada ayahnya bahwa ia tidak sanggup lagi
menahan sakit. Namun demikian, rasa sakit itu malahan menghebat.
Bisul-bisul mulai bermunculan di wajah dan tubuhnya. Satu matanya
menjadi buta. Dan pada akhirnya, ia tidak lagi dapat meninggalkan
pembaringan.
Lidwina
sangat sedih dan putus asa. Mengapa Tuhan membiarkan semua ini terjadi
padanya? Apa yang Tuhan inginkan darinya? Lagipula, apa yang masih dapat
ia persembahkan kepada-Nya? Pastor Yohanes, imam parokinya, datang
mengunjungi serta berdoa bersamanya. Pastor membantunya merenungkan
segala penderitaan yang harus ditanggung Yesus. Lidwina mulai sadar akan
hadiah indah yang akan ia persembahkan kepada Yesus: ia akan menderita
bagi-Nya. Ia akan mempersembahkan segala penderitaannya untuk menghibur
Dia, yang telah menderita begitu hebat di salib. Penderitaannya
dipersembahkannya sebagai suatu doa yang indah kepada Tuhan. Sedikit
demi sedikit Lidwina mulai mengerti.
Selama
tiga puluh delapan tahun Lidwina menderita. Rasanya mustahil ia dapat
bertahan hidup dalam keadaan yang sedemikian parah. Tetapi sungguh, ia
bertahan. Tuhan memberinya penghiburan dalam berbagai cara. Lidwina baik
hati terhadap semua orang yang datang mengunjunginya di kamar kecilnya
yang sederhana. Ia berdoa kepada Tuhan dan rela menderita bagi ujub-ujub
para tamunya. Mereka tahu bahwa Tuhan mendengarkan doa-doa Lidwina.
Lidwina terutama amat cinta kepada Yesus dalam Ekaristi Kudus. Selama
bertahun-tahun, ia hidup hanya dengan menyantap Komuni Kudus.
Marilah pada hari ini kita berdoa mohon hati yang mampu memahami arti penderitaan manusia.