Seorang
perawan kudus, Apolonia, hidup di Alexandria, Mesir, pada abad ketiga.
Umat Kristiani mengalami penganiayaan yang hebat di sana, dalam masa
pemerintahan Kaisar Philip. Apolonia telah mempergunakan seluruh
hidupnya untuk melayani Tuhan. Sekarang, walaupun sudah tidak muda lagi,
ia tidak juga hendak beristirahat. Dengan berani ia mempertaruhkan
nyawanya untuk menghibur umat Kristiani yang menderita di penjara.
“Ingatlah, bahwa pencobaanmu tidak akan berlangsung lama,” demikian ia
akan berkata. “Tetapi sukacita surgawi akan berlangsung selama-lamanya.”
Hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum akhirnya Apolonia sendiri
juga ditangkap. Ketika hakim menanyakan namanya, dengan tegas Apolonia
menjawab, “Saya seorang Kristen dan
saya mengasihi serta melayani Tuhan yang benar.” Rakyat yang marah menyiksa Apolonia, mereka berusaha memaksanya untuk mengingkari imannya. Pertama-tama, semua giginya dihantam dan kemudian dirontokkan. Sungguh sangat aneh, itulah sebabnya mengapa orang seringkali mohon bantuan doa St Apolonia ketika mereka menderita sakit gigi. Namun demikian, siksaan yang amat menyakitkan itu tidak mampu menggoncangkan imannya. Apolonia kemudian diancam, jika ia tidak mengingkari Yesus, ia akan dicampakkan ke dalam api yang berkobar-kobar. Apolonia tidak membiarkan rasa takut menguasai dirinya. Ia lebih memilih mati dalam kobaran api daripada mengingkari imannya kepada Yesus. Ketika orang-orang kafir melihat betapa gagah beraninya Apolonia, banyak diantara mereka yang bertobat. Apolonia wafat sekitar tahun 249.
saya mengasihi serta melayani Tuhan yang benar.” Rakyat yang marah menyiksa Apolonia, mereka berusaha memaksanya untuk mengingkari imannya. Pertama-tama, semua giginya dihantam dan kemudian dirontokkan. Sungguh sangat aneh, itulah sebabnya mengapa orang seringkali mohon bantuan doa St Apolonia ketika mereka menderita sakit gigi. Namun demikian, siksaan yang amat menyakitkan itu tidak mampu menggoncangkan imannya. Apolonia kemudian diancam, jika ia tidak mengingkari Yesus, ia akan dicampakkan ke dalam api yang berkobar-kobar. Apolonia tidak membiarkan rasa takut menguasai dirinya. Ia lebih memilih mati dalam kobaran api daripada mengingkari imannya kepada Yesus. Ketika orang-orang kafir melihat betapa gagah beraninya Apolonia, banyak diantara mereka yang bertobat. Apolonia wafat sekitar tahun 249.
Pada hari ini kita dapat memohon rahmat agar kuat dalam menanggung segala penderitaan tanpa mengeluh.