
Pada
masa itu, umat Kristen mengalami penganiayaan serta pembantaian dalam
masa pemerintahan Kaisar Markus Aurelius. Seseorang mengkhianati
Polikarpus dan melaporkannya kepada penguasa. Ketika orang-orang yang
hendak menangkapnya datang, Polikarpus terlebih dulu mengundang mereka
bersantap bersamanya. Kemudian ia meminta mereka untuk mengijinkannya
berdoa sejenak. Hakim berusaha memaksa Uskup Polikarpus menyelamatkan
diri dari maut dengan mengutuk Yesus. “Aku telah melayani Yesus seumur
hidupku,” jawab orang kudus itu, “dan Ia tidak pernah mengecewakanku.
Bagaimana mungkin aku mengutuk Raja-ku yang rela wafat bagiku?”
Para
prajurit mengikat kedua belah tangan St. Polikarpus dibelakang
punggungnya. Kemudian uskup tua itu ditempatkan diatas api unggun yang
disulut hingga berkobar-kobar. Tetapi, api tidak menyakitinya sedikit
pun. Salah seorang prajurit kemudian menikamkan sebilah pedang ke
lambung uskup. Demikianlah, pada tahun 155, Polikarpus wafat sebagai
martir. Ia pergi untuk tinggal selama-lamanya bersama Majikan Ilahi yang
telah dilayaninya dengan gagah berani.
“Selama delapanpuluh enam tahun aku melayani Yesus Kristus dan tidak pernah Ia meninggalkan aku.” ~ St. Polikarpus