Subscribe:

Ads 468x60px

Sunday, February 10, 2013

7 Februari : B. Giles Maria

Nama lengkapnya sebagai seorang religius adalah Broeder Giles Maria dari St Yosef. Broeder Giles Maria dilahirkan dekat Taranto, Italia, pada tahun 1729. Semasa kanak-kanak, ia belajar membuat tali tampar dan cakap dalam usahanya.

Ketika usianya duapuluh lima tahun, Giles menyadari panggilan Tuhan untuk masuk dalam suatu ordo religius dan mempersembahkan hidup kepada Tuhan. Giles menggabungkan diri dalam Rahib-rahib St Petrus Alcantara di Naples. Dan hal luar biasa apakah yang ia lakukan hingga dimaklumkan “beato”? Ia pantas mendapatkan kehormatan yang demikian karena dua keutaman yang membimbingnya sepanjang kehidupan religiusnya. Keutamaan-keutamaan itu adalah kesahajaan dan kerendahan hati.

Broeder Giles Maria berupaya menyongsong setiap hari yang baru dengan kerinduan untuk melayani Tuhan. Ia amat bersyukur atas panggilannya dan hal itu diungkapkannya dalam hidup sehari-hari. Broeder Giles naik turun ruangan-ruangan dan menyusuri lorong-lorong biara di mana ia tinggal. Ia adalah seorang penjaga pintu. Ia membuka pintu dengan segera dan dengan senyum ramah setiap kali tamu menarik tali untuk membunyikan lonceng biara. Dengan lembut ia memberikan perhatian kepada kaum miskin, kaum tuna wisma, dan mereka yang sakit yang datang di depan pintunya. Ia diserahi tanggung jawab membagi-bagikan makanan dan derma yang berhasil dihimpun oleh komunitas. Broeder Giles Maria senang hati melakukannya. Tak peduli berapa banyak yang ia berikan kepada mereka yang membutuhkan, masih tetap banyak saja yang tersisa bagi yang lain. Ia tahu St Yosef yang melakukan ini. Bagaimanapun, bukankah St Yosef yang dulu memelihara dan menopang hidup Yesus dan Maria. Boreder Giles Maria menyebarluaskan devosi kepada St Yosef sepanjang hidup religiusnya. Setelah melewatkan hidup yang setia kepada Tuhan dan panggilan hidup yang dipilihnya, Broeder Giles Maria dari St Yosef wafat pada tanggal 7 Februari 1812. Ia dimaklumkan “beato” oleh Paus Pius IX pada tahun 1888.


Bagaimanakah hidupku mencerminkan semangat kemurahan hati dan kepercayaan akan penyelenggaraan Tuhan atasku?