Caesarius
hidup pada abad keempat di wilayah yang sekarang disebut Turki. Ayahnya
adalah Uskup Nazianzen. Pada waktu itu uskup dan imam boleh menikah.
Saudara Caesarius adalah St Gregorius dari Nazianzen,
sahabat karib St Basilius. Di samping seorang santo, Gregorius adalah
seorang penulis penting dari Gereja awali. Buku-bukunya masih dibaca
hingga sekarang.
Keduanya,
Caesarius dan Gregorius, mengenyam pendidikan yang baik. Gregorius
bercita-cita menjadi seorang imam; Caesarius bercita-cita menjadi
seorang dokter. Keduanya pergi ke sekolah yang akan membantu mereka
mencapai cita-cita.
Caesarius
menamatkan pendidikan di bidang kedokteran di Konstantinopel. Segera ia
menjadi seorang dokter ternama dan terpercaya. Sesungguhnya, Kaisar
Konstantius yang tinggal di Kontantinopel, menghendaki Caesarius menjadi
dokter pribadinya. Caesarius berterima kasih kepada kaisar, tetapi
secara halus menolak. Ia ingin kmbali ke Nazianzen, kota kelahirannya.
Akan
tetapi, beberapa waktu kemudian, Caesarius dipanggil kembali untuk
melayani kaisar di Konstantinopel. Pada waktu itu adalah seorang yang
dikenal dalam sejarah sebagai Julian si murtad. Seorang yang murtad
adalah seorang yang mengingkari iman Kristennya. Orang ini mengemban
perintah resmi melawan kekristenan. Meski begitu, ia bermaksud
membebaskan Caesarius dari hukuman, sebab Caesarius adalah seorang
dokter yang amat cakap. Kepada Caesarius ditawarkan kedudukan, harta dan
hak-hak istimewa. Ayah maupun saudara Caesarius menasehatinya untuk
menolak segala tawaran. Mereka menyarankannya untuk pulang ke rumah dan
membuka praktek dokter.
Pada tahun 368, Caesarius nyaris tewas dalam suatu gempa bumi. Ia berhasil lolos tanpa cedera, tetapi amat terguncang oleh kejadian itu. Ia merasa Tuhan mengatakan kepadanya untuk menempuh hidup dalam doa jauh dari keruwetan hidup di istana. Caesarius membagi-bagikan harta miliknya kepada kaum miskin. Ia mulai menempuh hidup dalam doa dan keheningan.
St Caesarius wafat tak lama kemudian pada tahun 369. Homili dalam Misa Pemakamannya disampaikan oleh saudaranya, St Gregorius.
Bagaimanakah orang melihat panggilan khususku sebagai suatu cara untuk melayani dan mengasihi Tuhan dalam umat-Nya?