St
Eucherius dilahirkan di Orleans, Perancis, pada abad kedelapan. Ia
diasuh dan dididik secara Kristiani. Satu kalimat dari surat pertama St
Paulus kepada jemaat di Korintus menimbulkan kesan mendalam padanya: “Dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu” (1 Korintus 7:31).
Pernyataan ini membuat Eucherius sadar bahwa hidup kita di dunia ini
amat singkat. Ia sadar bahwa surga dan neraka akan berlangsung
selamanya. Ia bertekad untuk menemukan sukacita surgawi dengan hidup
hanya bagi Tuhan saja.
Pada
tahun 714, St Eucherius meninggalkan rumahnya yang mewah untuk masuk ke
sebuah biara Benediktin. Di sana ia melewatkan tujuh tahun dalam
persatuan yang erat dengan Tuhan. Setelah wafat pamannya, Uskup Orleans,
pada tahun 721, Eucherius dipilih untuk menggantikannya. Pada waktu itu
Eucherius masih berusia duapuluh lima tahun dan amat rendah hati. Ia
tak hendak meninggalkan biara yang sangat dikasihinya. Dengan berurai
airmata ia memohon agar diijinkan tetap tinggal sendirian bersama Tuhan
dalam biara. Tetapi, pada akhirnya ia menyerah atas nama ketaatan.
Eucherius menjadi seorang uskup yang bijaksana dan kudus. Ia banyak
berbuat baik bagi para imam dan umatnya.
Seorang
tokoh politik yang berkuasa, Charles Martel, biasa mengambil uang
Gereja untuk membiayai perang. Sebab Uskup Eucherius mengatakan
kepadanya bahwa itu salah, Martel menjebloskannya ke dalam penjara.
Uskup pertama-tama dibuang ke Cologne, dan lalu ke sebuah benteng dekat
Liege. Tetapi gubernur kepada siapa Martel mempercayakan pengasingan
uskup, tergerak hatinya oleh kelemah-lembutan Eucherius terhadap para
musuhnya. Beberapa waktu kemudian, sang gubernur dengan diam-diam
membebaskan uskup dari penjara dan mengirimkannya ke sebuah biara. Di
sini, orang kudus kita melewatkan hari-harinya dengan tenang dalam doa
hingga wafatnya pada tahun 743.
Pada hari ini, kita dapat merenungkan kata-kata St Paulus yang menimbulkan kesan mendalam pada St Eucherius: “Dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu” (1 Korintus 7:31).