Pada
abad keempat, Meletius dipanggil untuk menggembalakan Gereja.
Penganiayaan Romawi telah usai dan Konstantinus telah mengakui
kekristenan sebagai agama yng sah pada tahun 315. Jadi, apakah yang
membuat pelayanan Meletius begitu sulit? Awan badai berkumpul dalam
Gereja. Sebagian menganggap diri Katolik, sebagian Arian. Bidaah Arian
menyangkal bahwa Yesus adalah Tuhan. Sebagian orang mempercayai
kesesatan ini sebab hal-hal tidak begitu jelas bagi mereka pada waktu
itu.
Uskup
Meletius mencintai Gereja dan setia kepada Yesus. Ia percaya bahwa
Yesus adalah Tuhan dan sadar bahwa Gereja harus berbicara jelas mengenai
siapa Yesus. Meletius ditahbiskan menjadi Uskup Antiokhia pada tahun
361. Kaum Arian menjadi berang. Selama duapuluh tahun berikutnya,
Meletius adalah seorang uskup yang sabar dan penuh kasih. Tetapi
hidupnya dipersulit oleh orang-orang yang tidak menerimanya. Ia kerap
harus menyingkir ke tempat persembunyian sebab orang-orang lain
mengklaim diri sebagai uskup di keuskupannya. Tetapi St Meletius adalah
uskup yang sebenarnya; dan ia akan dengan penuh kesabaran kembali
sesegera mungkin. Ketika Kaisar Valens wafat pada tahun 378, kaum Arian
mengakhiri penganiayaan mereka.
Pada
tahun 381 diselenggarakanlah suatu pertemuan Gereja yang besar, yang
dikenal sebagai Konsili Konstantinopel. Para uskup hendak membicarakan
kebenaran-kebenaran penting iman kita. Uskup Meletius membuka
pertemuan-pertemuan dalam Konsili Gereja dan memimpin sidang. Kemudian,
menjadi kesedihan semua uskup, ia wafat di sana, di salah satu
pertemuan.
Santo-santo besar seperti Yohanes Krisostomus
dan Gregorius dari Nyssa ikut ambil bagian dalam Misa Pemakaman bersama
segenap uskup yang hadir dalam Konsili. Jemaat Konstantinopel
berbondong-bondong datang ke gereja pula. St Gregorius dari Nyssa yang
menyampaikan homili pemakaman. Ia berbicara mengenai seorang uskup yang
lemah lembut, yang seperti Kristus, dan yang dikasihi semua orang. Ia
benar; semua orang yang mencintai Gereja mengasihi St Meletius. St
Gregorius berbicara mengenai ketenangan dan senyumnya yang hangat, suara
kebapakan dan sentuhan kasih Uskup Meletius. Uskup kudus ini wafat pada
tanggal 12 Februari 381.
“Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Galatia 2:20)