Kedua
santo Perancis ini adalah kakak-beradik yang hidup pada abad kelima.
Sebagai seorang pemuda, Romanus dikagumi semua orang oleh karena
kebaikan hatinya. Ia memiliki hasrat yang kuat untuk menjadi seorang
kudus. Karena ia melihat bahwa di dunia amatlah mudah orang melupakan
Tuhan, maka Romanus memutuskan untuk hidup sebagai seorang pertapa.
Terlebih dahulu, ia meminta nasehat dari seorang rahib yang kudus dan
kemudian berangkat. Ia membawa sebuah buku bersamanya, yaitu Hidup Para
Bapa dari Padang Gurun tulisan Cassian. Ia juga membawa serta
benih-benih tanaman dan beberapa peralatan. Dengan perlengkapan
tersebut, Romanus masuk ke dalam hutan di pegunungan Jura antara Swiss
dan Perancis. Ia menemukan sebuah pohon yang amat besar dan tinggal di
bawahnya. Romanus melewatkan waktunya dengan berdoa dan membaca bukunya.
Ia juga menanami serta merawat kebunnya, dengan tenang menikmati alam
sekitarnya. Tak lama kemudian, adiknya - Lupicinus - bergabung
dengannya. Romanus dan Lupicinus amat berbeda kepribadiannya. Romanus
keras terhadap dirinya sendiri. Tetapi, ia lemah lembut dan penuh
pengertian terhadap orang lain. Lupicinus keras serta kasar terhadap
dirinya sendiri dan biasanya demikian juga ia menghadapi orang lain.
Namun demikian, maksudnya baik. Kedua bersaudara itu saling mengerti
satu sama lain dan hidup rukun bersama.
JALAN YANG TIDAK KUTEMPUH
9 years ago



Santo
yang menarik ini dilahirkan di Asisi, Italia pada tahun 1838. Ia diberi
nama Fransiskus pada saat dibaptis untuk menghormati
Polikarpus
dilahirkan antara tahun 75 hingga 80. Ia menjadi seorang Kristen ketika
pengikut Kristus masih sedikit jumlahnya. Sesungguhnya, Polikarpus
adalah murid dari salah seorang rasul, yaitu
St.
Petrus Damianus dilahirkan pada tahun 1007 dan menjadi yatim piatu
sejak masih kanak-kanak. Ia diasuh oleh seorang kakaknya yang menganiaya
serta membiarkannya kelaparan. Seorang kakaknya yang lain, Damianus,
mengetahui keadaannya yang sebenarnya. Ia membawa Petrus pulang ke
rumahnya. Sejak saat itulah hidup Petrus berubah sepenuhnya. Ia
diperlakukan dengan penuh cinta, kasih sayang serta perhatian. Begitu
bersyukurnya Petrus hingga kelak ketika ia menjadi seorang religius, ia
memilih nama Damianus sebagai ungkapan kasih sayang kepada kakaknya.
Damianus mendidik Petrus serta memberinya semangat dalam belajar. Petrus
kemudian mengajar di perguruan tinggi ketika usianya baru duapuluh
tahunan. Ia menjadi seorang guru yang hebat. Tetapi Tuhan membimbingnya
ke jalan yang tidak pernah terpikirkan olehnya.
St
Eucherius dilahirkan di Orleans, Perancis, pada abad kedelapan. Ia
diasuh dan dididik secara Kristiani. Satu kalimat dari surat pertama St
Paulus kepada jemaat di Korintus menimbulkan kesan mendalam padanya: “Dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu” (1 Korintus 7:31).
Pernyataan ini membuat Eucherius sadar bahwa hidup kita di dunia ini
amat singkat. Ia sadar bahwa surga dan neraka akan berlangsung
selamanya. Ia bertekad untuk menemukan sukacita surgawi dengan hidup
hanya bagi Tuhan saja.
Ketujuh
santo ini hidup pada abad ketigabelas. Mereka semua berasal dari
Florence, Italia. Masing-masing dari mereka memiliki cinta mendalam
kepada Bunda Maria, Bunda Allah. Mereka adalah anggota-anggota aktif
suatu konfraternitas (= persaudaraan sejati) Santa Perawan Maria. Kisah
bagaimana mereka menjadi pendiri Ordo Servite sungguh menakjubkan. Pada
Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, sementara mereka
bertujuh khusuk dalam doa, Bunda Maria menampakkan diri kepada mereka.
Bunda Allah mengilhami mereka untuk meninggalkan dunia dan hidup hanya
bagi Tuhan. Setelah beberapa tahun hidup sebagai pertapa, mereka
menghadap uskup. Mereka mohon suatu peraturan hidup yang perlu mereka
taati. Uskup mendorong mereka untuk
Onesimus
hidup pada abad pertama. Ia adalah seorang hamba yang merampok
majikannya lalu melarikan diri ke Roma. Di Roma ia bertemu dengan St.
Paulus yang dipenjarakan karena imannya. Paulus menerima Onesimus dengan
kelembutan serta kasih sayang seorang ayah. Paulus membantu menyadarkan
pemuda tersebut bahwa ia telah berbuat salah dengan mencuri. Lebih dari
itu, ia membimbing Onesimus untuk percaya dan menerima iman Kristiani.
St
Faustinus dan St Jovita adalah dua bersaudara yang tinggal di Brescia,
Italia. Mereka termasuk di kalangan para martir awal Kristen. Kedua
pemuda ini banyak menderita dalam masa penganiayaan Kaisar Hadrian pada
abad kedua.
Kedua
bersaudara ini berasal dari Tesalonika, Yunani. Metodius dilahirkan
pada tahun 815 dan Sirilus pada tahun 827. Keduanya menjadi imam dan
memiliki keinginan kudus yang sama untuk mewartakan iman Kristiani.
Mereka menjadi misionaris untuk bangsa-bangsa Slavia: Moravia, Bohemia
dan Bulgaria. Beginilah kisahnya: Pada tahun 862, hanya tujuh tahun
sebelum St. Sirilus wafat, pangeran Moravia memohon agar para misionaris
diutus ke negaranya untuk mewartakan Kabar Gembira Yesus dan
Gereja-Nya. Pangeran menambahkan satu permohonan lagi, yaitu para
misionaris tersebut hendaknya berbicara dalam bahasa setempat.
Seorang
perawan kudus, Apolonia, hidup di Alexandria, Mesir, pada abad ketiga.
Umat Kristiani mengalami penganiayaan yang hebat di sana, dalam masa
pemerintahan Kaisar Philip. Apolonia telah mempergunakan seluruh
hidupnya untuk melayani Tuhan. Sekarang, walaupun sudah tidak muda lagi,
ia tidak juga hendak beristirahat. Dengan berani ia mempertaruhkan
nyawanya untuk menghibur umat Kristiani yang menderita di penjara.
“Ingatlah, bahwa pencobaanmu tidak akan berlangsung lama,” demikian ia
akan berkata. “Tetapi sukacita surgawi akan berlangsung selama-lamanya.”
Hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum akhirnya Apolonia sendiri
juga ditangkap. Ketika hakim menanyakan namanya, dengan tegas Apolonia
menjawab, “Saya seorang Kristen dan
Hieronimus
dilahirkan pada tahun 1486, putra suatu keluarga bangsawan di Venice,
Italia. Ia adalah seorang prajurit yang gagah dan dipercaya untuk
memegang komando di sebuah benteng di pegunungan. Ketika sedang
mempertahankan benteng ini dari serangan prajurit Maximilian I, ia
ditawan musuh dan dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah. Terbelenggu
dalam penjara yang mengerikan itu, ia mulai menyesali cara hidup
serampangan yang telah dilaluinya. Ia menyesal bahwa ia nyaris tak
pernah memikirkan Tuhan. Ia menyesal telah menyia-nyiakan beberapa tahun
dalam hidup amoral. Hieronimus berjanji kepada Bunda Maria bahwa ia
akan mengubah cara hidupnya jika Santa Perawan bersedia menolongnya.
Doa-doanya dijawab dan Hieronimus berhasil meloloskan diri. Konon,
dengan hati penuh syukur, Hieronimus langsung menuju ke sebuah gereja.
Ia menggantungkan rantai-rantai yang membelenggunya di depan altar
Maria.
Nama
lengkapnya sebagai seorang religius adalah Broeder Giles Maria dari St
Yosef. Broeder Giles Maria dilahirkan dekat Taranto, Italia, pada tahun
1729. Semasa kanak-kanak, ia belajar membuat tali tampar dan cakap dalam
usahanya.
Dilahirkan pada tahun 1380, bayi perempuan itu diberi nama Nikoleta untuk menghormati
Keduapuluh enam martir ini kadang-kadang disebut juga para martir Nagasaki atau para martir Jepang.
Seorang
gadis Kristen nan cantik bernama Agatha hidup di Sisilia pada abad
ketiga. Gubernur mendengar kabar tentang kecantikan Agatha dan menyuruh
orang untuk membawa gadis itu ke istananya. Ia menghendaki Agatha
melakukan dosa melanggar kesuciannya, tetapi Agatha seorang gadis
pemberani dan pantang menyerah. “Yesus Kristus, Tuhanku,” ia berdoa,
“Engkau melihat hatiku dan Engkau mengetahui kerinduanku. Hanya Engkau
saja yang boleh memilikiku, oleh sebab aku sepenuhnya adalah milik-Mu.
Selamatkanlah aku dari orang jahat ini. Bantulah aku agar layak untuk
menang atas kejahatan.”
St.
Jane adalah puteri Raja Louis XI dari Perancis. Ia dilahirkan pada
tahun 1464. Karena raja menginginkan seorang putera, ia amat kecewa
ketika Jane yang lahir. Raja bahkan tidak menghendaki puteri kecilnya
itu tinggal di istana karena Jane dilahirkan cacat. Ketika puteri raja
baru berusia lima tahun, ia dikirim untuk tinggal bersama orang lain.
Meskipun ia diperlakukan demikian oleh ayah kandungnya, Jane adalah
seorang puteri yang baik hati serta lemah lembut kepada semua orang. Ia
yakin betul bahwa Yesus dan Bunda Maria mengasihinya. Jane juga yakin
bahwa Tuhan akan mempergunakannya sebagai alat-Nya untuk melakukan
kebajikan demi nama-Nya. Dan memang betul demikian.
Alexandrina
dilahirkan pada tahun 1522 dalam keluarga Ricci di Florence, Italia.
Pada usia tigabelas tahun, Alexandria masuk biara Dominikan. Sebagai
biarawati, ia memilih nama Katarina. Bahkan sejak masih kecil, Katarina
memiliki cinta yang mendalam terhadap sengsara Yesus Kristus. Ia
seringkali merenungkan sengsara Kristus. Yesus menganugerahinya hak amat
istimewa untuk menerima Tanda-tanda Luka-Nya (=
St.
Blasius hidup pada abad keempat. Sebagian mengatakan bahwa ia berasal
dari sebuah keluarga kaya dan menerima pendidikan Kristiani. Semasa
remaja, Blasius memikirkan tentang segala permasalahan serta penderitaan
yang terjadi pada masa itu. Ia mulai menyadari bahwa hanya sukacita
rohani saja yang dapat membuat seseorang merasakan kebahagiaan sejati.
Blasius menjadi imam dan kemudian diangkat menjadi Uskup Sebaste di
Armenia yang sekarang adalah Turki. Dengan segenap hati, Blasius bekerja
keras untuk menghantar umatnya menjadi kudus dan bahagia. Ia berdoa dan
berkhotbah; ia berusaha menolong semua orang.
Hanya beberapa tahun sesudah kedatangan