Sebagi
patriark, St Yohanes memaklumkan hukum-hukum dan mengadakan
pembaharuan-pembaharuan. Ia seorang yang disegani dan baik hati, namun
tegas. Ia membaktikan dua hari dalam satu minggu, yakni hari Rabu dan
Jumat, menyediakan diri bagi siapa saja yang ingin menemuinya. Orang
banyak antri dan menanti giliran mereka dengan sabar. Sebagian dari
mereka adalah orang-orang kaya; sementara sebagian lainnya kaum tuna
wisma dan kaum terbuang. Semuanya menerima perlakuan dan perhatian yang
sama. Ketika St Yohanes mendapati bahwa perbendaharaan gereja memiliki
80.000 keping emas, ia membagi-bagikan semuanya di antara rumah-rumah
sakit dan biara-biara. Ia menetapkan suatu sistem sehingga kaum miskin
menerima cukup uang dan sarana untuk menopang hidup mereka.
Pengungsi-pengungsi dari wilayah-wilayah sekitar juga disambut hangat.
Setelah bangsa Persia menjarah Yerusalem, St Yohanes mengirimkan uang
dan barang-barang bantuan kepada masyarakat yang menderita. Ia bahkan
mengutus pekerja-pekerja Mesir untuk membantu membangun kembali
gereja-gereja di sana.
Ketika
orang ingin tahu bagaimana St Yohanes dapat begitu murah hati dan tidak
mementingkan diri sendiri, ia memberikan suatu jawaban yang
menakjubkan. Suatu ketika semasa ia masih amat muda, ia mendapatkan
suatu mimpi atau suatu penglihatan. Ia melihat seorang gadis yang cantik
jelita dan ia sadar bahwa gadis itu mewakili “belas kasihan”. Sang
gadis berkata kepadanya, “Aku adalah puteri sulung raja. Jika engkau
mengabdi kepadaku, aku akan menghantarmu kepada Yesus. Tak seorang pun
yang lebih berkuasa di hadapannya sebagaimana aku. Ingat, bagi akulah ia
menjadi seorang bayi mungil demi menebus umat manusia.” St Yohanes tak
pernah bosan menceritakan penglihatannya itu. Ia dengan lemah-lembut
membimbing mereka yang kaya untuk lebih murah hati. Ia membantu mereka
yang miskin untuk percaya dan yakin bahwa Tuhan senantiasa ada di sana
bagi mereka.
St Yohanes wafat dalam damai pada tanggal 11 November 619. Sebab amal dermanya yang besar, ia disebut “si penderma”.
Betapa
sering aku menutup mata pada kebutuhan orang-orang yang berseru memohon
pertolongan. Adakah aku sungguh mengindahkan undangan Yesus untuk
menyadari kehadiran-Nya dalam diri sesama?