Saudari
Antonius bergabung dengan kelompok perempuan yang hidup dalam doa dan
kontemplasi. Antonius memutuskan untuk hidup sebagai seorang pertapa. Ia
mohon pada seorang pertapa senior untuk memberinya pelajaran hidup
rohani. Antonius juga mengunjungi para pertapa lainnya agar ia dapat
belajar kebajikan-kebajikan paling utama dalam diri setiap pertapa.
Kemudian ia mulai hidupnya sendiri dalam doa dan tobat sendirian hanya
dengan Tuhan saja.
Ketika
Antonius berusia limapuluh lima tahun, ia mendirikan sebuah biara guna
menolong sesama. Banyak orang mendengar tentangnya dan mohon saran serta
nasehatnya. Antonius akan memberi mereka nasehat-nasehat praktis,
seperti “Setan takut pada kita ketika kita berdoa dan bermatiraga. Setan
juga takut ketika kita rendah hati dan lemah lembut. Terutama, setan
takut pada kita ketika kita sangat mencintai Yesus. Setan lari
terbirit-birit ketika kita membuat Tanda Salib.”
St. Antonius mengunjungi St. Paulus Pertapa.
Ia merasa diperkaya dengan teladan hidup St. Paulus yang kudus.
Antonius wafat setelah melewatkan hidup yang panjang dalam doa. Usianya
mencapai seratus lima tahun. St. Atanasius menulis riwayat hidup St. Antonius dari Mesir yang sangat terkenal.
Hidup
St. Antonius merupakan hidup dengan pengabdian total kepada Tuhan.
Bersediakah aku mengabdikan hidupku kepada Tuhan hingga rela
mempersembahkan hidupku sepenuhnya seperti yang telah dilakukan Yesus?