Paulus
dilahirkan dalam sebuah keluarga Kristen pada tahun 229. Mereka tinggal
di Thebes, Mesir. Dengan cara hidup mereka, orangtuanya menunjukkan
kepada Paulus bagaimana mencintai Tuhan dan sujud menyembah kepada-Nya
dengan segenap hati. Tentulah Paulus merasa sangat sedih kehilangan
kedua orangtuanya ketika usianya baru lima belas tahun. Beberapa tahun
kemudian, pada tahun 250, Kaisar Desius mulai melakukan penganiayaan
yang kejam terhadap Gereja. Paulus bersembunyi di rumah seorang sahabat,
tetapi ia merasa tidak aman. Kakak iparnya mengincar harta warisannya.
Sewaktu-waktu dapat saja saudaranya itu mengkhianatinya serta
melaporkannya kepada penguasa. Jadi, Paulus melarikan diri ke padang
gurun. Ia menemukan gua dengan sebuah pohon palma dan mata air segar di
dekatnya. Di sanalah ia menetap. Ia menjalin dahan-dahan palma dan
dijadikannya pakaiannya. Ia makan buah-buahan dan minum air segar.
Paulus
bermaksud untuk tinggal di sana hanya sementara waktu saja hingga masa
penganiayaan berakhir. Namun demikian, pada saat masa tersebut sudah
lewat, ia telah jatuh hati dengan hidup doa. Ia merasa begitu dekat
dengan Tuhan. Bagaimana ia dapat melepaskannya? Paulus memutuskan untuk
tinggal di padang gurun dan tidak pernah kembali lagi pada pola hidupnya
yang mewah. Sebaliknya, ia akan melewatkan sepanjang hidupnya dengan
berdoa bagi kepentingan semua orang dan melakukan silih bagi dosa.
Ada seorang pertapa kudus lainnya pada masa itu, namanya Antonius.
Antonius beranggapan bahwa hanya ia sendirilah yang bertapa. Tuhan
menunjukkan Paulus kepadanya dalam suatu mimpi dan dan menyuruh Antonius
untuk pergi mengunjunginya. Paulus sangat gembira bertemu dengan
Antonius, sebab ia tahu bahwa ajal akan datang menjemputnya beberapa
hari lagi. Antonius merasa sedih sebab ia tidak ingin kehilangan sahabat
barunya demikian cepat. Tetapi, seperti telah diramalkan sendiri
olehnya, Paulus wafat pada tanggal 15 Januari tahun 342. Antonius
menguburkannya dengan jubah yang dulunya adalah milik St. Atanasius.
Lalu, Antonius membawa pulang serta menyimpan baik-baik baju dari
dahan-dahan pohon palma yang biasa dikenakan Paulus. Tak pernah ia
melupakan sahabatnya yang mengagumkan itu.
Meskipun
kadang-kadang kita merasa sendirian saja dalam hasrat untuk mengikuti
Yesus, namun kita dapat mengandalkan kasih pemeliharaan Tuhan atas kita.
Ia akan senantiasa menjamin bahwa kita memiliki kekuatan dan dukungan
yang kita butuhkan.