Subscribe:

Ads 468x60px

Thursday, January 10, 2013

13 Januari : St. Hilarius dari Poitiers

St. Hilarius dari PoitiersPada awal abad kekristenan, masih banyak orang yang belum percaya kepada Tuhan. Mereka percaya bahwa ada banyak allah-allah, yang satu lebih hebat dari yang lain. Orang-orang ini bukan orang-orang jahat; hanya saja mereka belum mengenal Tuhan; mereka masih kafir. Pada tahun 315, Hilarius dilahirkan dalam sebuah keluarga yang demikian di Poitiers, sebuah kota di Perancis. Keluarganya kaya-raya dan termasyhur. Hilarius mendapatkan pendidikan yang baik. Ia menikah dan membina rumah tangga.

Melalui belajar, Hilarius menjadi tahu bahwa seorang haruslah melatih kesabaran, kelemahlembutan, keadilan dan sebanyak mungkin kebajikan-kebajikan lain. Keutamaan-keutamaan ini akan memperoleh ganjaran kelak di kehidupan sesudah mati. Melalui belajar, Hilarius juga yakin bahwa hanya ada satu Allah yang kekal, yang mahakuasa dan mahapengasih. Ia membaca Kitab Suci untuk pertama kalinya. Ketika sampai pada bagian Musa dan semak yang terbakar, Hilarius sungguh amat terkesan dengan Nama bagaimana Tuhan menyebut Diri-Nya Sendiri: AKU ADALAH AKU. Hilarius membaca tulisan-tulisan para nabi juga. Kemudian ia membaca seluruh Perjanjian Baru. Pada saat ia selesai membaca, ia sepenuhnya telah percaya dan dibaptis.     

Hilarius hidup mengamalkan imannya dengan taat dan saleh hingga ia dipilih menjadi uskup. Hal ini tidak menjadikan hidupnya bertambah nyaman, sebab kaisar suka mencampuri urusan-urusan Gereja. Ketika Hilarius menentangnya, kaisar membuang Hilarius. Di tempat pembuangannya itulah keutamaan-keutamaan Hilarius, terutama kesabaran dan keberaniannya semakin gemilang. Ia menerima pembuangannya dengan tenang dan mempergunakan waktunya untuk menulis buku-buku tentang iman. Karena ia menjadi semakin termasyhur, musuh-musuh Hilarius meminta kaisar untuk memulangkannya kembali ke kota asalnya. Di kota asalnya ia tidak akan memperoleh banyak perhatian. Maka, Hilarius dipulangkan ke Poitiers pada tahun 360. Ia tetap menulis dan mengajarkan iman kepada banyak orang. Hilarius wafat delapan tahun kemudian, dalam usia lima puluh dua tahun. Buku-bukunya memberikan pengaruh besar kepada Gereja hingga sekarang ini. Itu sebabnya mengapa ia digelari Pujangga Gereja.

“Nyatakan kepada kami makna Kitab Suci dan berikan kami pencerahan untuk memahaminya.” ~ St. Hilarius