Sultan
menerima para biarawan serta memberi mereka kebebasan untuk berkhotbah
di kota. Tetapi, sebagian orang tidak suka akan hal ini. Mereka
melaporkannya kepada penguasa. Sultan berusaha melindungi para biarawan
dengan mengirim mereka untuk tinggal di Marrakech, di pesisir barat
Maroko. Seorang pangeran Kristen, yang juga sahabat sultan, Dom Pedro
Fernandez, menerima mereka di rumahnya. Namun, para biarawan tersebut
sadar bahwa misi mereka adalah mewartakan iman. Jadi, mereka kembali ke
kota sesering mungkin. Hal ini membuat geram sebagian orang yang tidak
suka mendengar pesan yang disampaikan para biarawan. Keluhan dan hasutan
mereka membuat sultan murka begitu rupa hingga suatu hari, ketika
melihat para biarawan itu sedang berkhotbah, ia memerintahkan para
biarawan itu untuk segera berhenti atau pergi meninggalkan negeri.
Karena para biarawan tidak hendak melakukan keduanya, para biarawan
Fransiskan itu dipenggal kepalanya di sana saat itu juga. Peristiwa itu
terjadi pada tanggal 16 Januari 1220.
Dom
Pedro datang menjemput jenasah para martir. Pada akhirnya, ia
mengantarkan relikwi para biarawan ke Gereja Salib Suci di Coimbra,
Portugal. Misi para biarawan Fransiskan ke Maroko sangat singkat dan
tampaknya gagal. Namun demikian, hasilnya sungguh luar biasa. Kisah para
martir yang gagah berani ini membakar semangat para Fransiskan pertama
untuk menjadi misionaris dan wafat sebagai martir pula. Kesaksian keenam
biarawan Fransiskan inilah yang mendorong seorang pemuda untuk
mengabdikan hidupnya kepada Tuhan sebagai seorang imam Fransiskan. Kita
mengenalnya sebagai St. Antonius dari Padua.
Hidup
kita merupakan suatu kurban pujian bagi Tuhan, hidup yang dibakar oleh
cinta yang menyala-nyala kepada-Nya. Semoga kita beroleh rahmat agar
senantiasa mengikuti Dia dengan hati yang bersih dan murni.