St
Yudit hidup pada abad ketigabelas. Ia dilahirkan di Thuringia, sekarang
terletak di Jerman tengah. Ia ingin mengamalkan hidupnya seturut
teladan St Elizabeth dari Hungaria
yang dimaklumkan kudus pada tahun 1235. Pada masa Yudit, banyak
perempuan Kristiani terinspirasi oleh teladan hidup St Elizabeth.
Ketika
usianya limabelas tahun, Yudit dinikahkan dengan seorang pemuda
bangsawan yang kaya. Yudit berusaha menjadi seorang isteri Kristiani
yang baik. Ia teristimewa murah hati kepada orang-orang miskin. Suaminya
seorang yang baik, tetapi ia puas dengan gaya hidup orang berada. Ia
mengharapkan isterinya berdandan dan bergaya hidup seperti seorang
perempuan kaya pada umumnya. Ia beranggapan bahwa penampilan akan
mengundang rasa hormat orang. Tetapi Yudit dengan lemah lembut
membujuknya untuk berdandan dan bergaya hidup lebih bersahaja. Dengan
demikian, mereka akan memiliki lebih banyak untuk diberikan kepada
orang-orang yang kurang beruntung.
Sekonyong-konyong
suami Yudit meninggal dunia dalam perjalanan ziarah ke Tanah Suci.
Janda muda ini harus membesarkan anak-anaknya seorang diri. Ketika
anak-anak telah dewasa, Yudit mendengarkan kerinduan yang ada dalam
hatinya semenjak hari-hari bahagia hidupnya, hari-hari sibuknya. Ia
meninggalkan segalanya dan hidup sebagai seorang pertapa. Ia pindah ke
Prussia di mana orang tidak mengenalinya berasal dari keluarga kaya. Di
sana ia melewatkan hari-harinya dalam doa dan merawat para pengelana
yang lelah capai yang lewat di depan gubuk kecilnya. Ia berdoa
teristimewa demi pertobatan mereka yang belum percaya. Ia berdoa juga
bagi mereka yang baru dibaptis Kristen agar tetap setia pada iman.
“Tiga
hal dapat menghantar kita semakin dekat pada Tuhan,” begitu katanya
suatu ketika. “Ketiga hal itu adalah penderitaan jasmani, terpencil di
suatu tanah asing, dan memilih hidup miskin sebab kasih kepada Tuhan.”
St Yudit wafat akibat serangan demam pada tahun 1260.
Marilah kita berdoa memohon rahmat agar pandangan kita senantiasa terarah pada Tuhan.