Elodie
Paradis dilahirkan di desa L'Acadie di Quebec, Canada pada tanggal 12
Mei 1840. Orangtuanya miskin, namun mereka adalah orang-orang Katolik
yang saleh. Mereka mencintai gadis kecil mereka. Ketika Elodie berusia
sembilan tahun, orangtuanya memutuskan untuk mengirimkannya ke sebuah
sekolah asrama. Mereka menginginkan puteri mereka mendapatkan pendidikan
yang baik. Suster-suster Notre Dame dengan hangat menyambut murid baru
mereka. Elodi senang tinggal di asrama, meski ia dan keluarganya sungguh
saling merindukan satu sama lain.
Bapak
Paradis bekerja keras mengusahakan penggilingan. Tetapi masa-masa itu
sungguh sulit dan penggilingan tidak memberikan hasil yang cukup untuk
menopang hidup isteri dan anak-anaknya. Ia mendengar kabar-kabar yang
menjanjikan mengenai penambangan emas di California. Pak Paradis begitu
putus asa dengan usahanya hingga ia memutuskan untuk pergi juga. Di
California, ia tidak mendapatkan kekayaan seperti yang ia harapkan.
Sebab itu ia kembali ke L'Acadie, dan sungguh tergoncang hatinya
mendapati puterinya telah masuk biara. Elodie menggabungkan diri dalam
Kongregasi Salib Suci pada tanggal 21 Februari 1854. Ayahnya segera
menyusul ke biara. Ia memohon dengan sangat kepada puterinya untuk
pulang ke rumah, tetapi puterinya memilih untuk tinggal. Pada akhirnya,
ayahnya dapat menerima. Elodie mengucapkan kaulnya pada tahun 1857.
Elodie
yang mengambil nama biara Marie-Leonie mengajar di sekolah-sekolah di
berbagai kota. Ia berdoa dan melewakan hari-harinya dengan penuh
sukacita. Sementara hari-hari berlalu, Sr Marie-Leonie dibimbing oleh
Yesus untuk memulai sebuah ordo religius baru dalam Gereja.
Suster-suster Kecil dari Keluarga Kudus dimulai pada tahun 1880. Para
suster yang penuh kasih ini membaktikan diri pada pelayanan bagi para
klerus. Suster-suster Kecil dari Keluarga Kudus sekarang telah memiliki
enampuluh tujuh biara yang tersebar di Canada, Amerika Serikat, Roma dan
Honduras.
Moeder
Marie-Leonie terus berkarya hingga jam-jam terakhir hidupnya. Ia
senantiasa rapuh dan kerap jatuh sakit. Namun demikian ia tidak pernah
berhenti melayani umat Allah. Ia menuliskan koreksi-koreksi terakhir
pada halaman-halaman buku peraturan hidup yang ditulisnya. Ia telah
mengirimkannya ke percetakan. Buku tersebut akan memberikan bimbingan
yang diperlukan para susternya. Hari itu hari Jumat, 3 Mei 1912, ketika
Moeder Marie-Leonie mengatakan bahwa ia amat lelah. Ia berbaring untuk
beristirahat dan wafat beberapa jam kemudian. Usianya tujuhpuluh satu
tahun.
Terkadang kita takut akan masa depan kita. Kiranya sabda Yesus menghibur dan memberi kita pengharapan, “Jangan takut, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”